Survei GMT2016: Berburu Bayangan di Kao

Tanggal 7 April 2015, perjalanan Famtrip langitselatan bersama pemburu gerhana dari Perancis yang didukung oleh Kementrian Pariwisata dilanjutkan ke Kao, kecamatan di Halmahera Utara. Hari itu perjalanan kami cukup panjang karena dari Sofifi kami ke Kao di Halmahera Utara, kemudian ke Jailolo di Halmahera Barat dan mengakhiri hari itu menuju Ternate dengan speedboat.

Pagi hari setelah sarapan kami kemudian meninggalkan Hotel Bolote di Sofifi menuju Kao dengan mobil. Perjalanan Sofifi ke Kao ditempuh selama 2 jam melintasi jalanan yang jauh lebih mulus dibanding jalanan Trans Haltim. Kao dan Jailolo menjadi area tujuan survei karena kedua area ini berada pada batas utara Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. Kalau Maba berada tepat di garis tengah totalitas dan akan mengalami kegelapan terpanjang maka Kao dan Jailolo justru sebaliknya. Di batas utara gerhana matahari total, kedua kota ini hanya akan mengalami kegelapan total sekitar 30 detik – 1 menit.  Tapi bagi para fotografer, berada di batas utara gerhana akan memberi kesempatan bagi mereka untuk menikmati manik-manik Bailey lebih lama.

Bandar Udara Kao yang berhadapan dengan arah timur. Kredit: Avivah Yamani
Bandar Udara Kao yang berhadapan dengan arah timur. Kredit: Avivah Yamani

Dari peta satelit di Google, lokasi yang menarik untuk pengamatan adaah Bandara Kao dan lebih ke utara lagi, ada area yang cukup datar di satelit yang ternyata merupakan area perkebunan jagung. Untuk mencapai Kao bisa dari Manado dengan penerbangan Wings Air jenis ATR-72. Bandara di Kao jauh lebih ramai dibanding bandara Buli dan jauh lebih tertata. Di Kao kami menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan para petugas bandara sekaligus juga menyampaikan kemungkinan kehadiran para pemburu gerhana di area tersebut pada tahun 2016.  Setidaknya ada 3 penginapan di Kao, akan tetapi untuk memperoleh hotel yang lebih representatif, disarankan untuk melakukan perjalanan sekitar 1,5 – 2 jam untuk menginap di Tobelo.

Lahan kosong 2 km dari Bandar udara Kuabang. Kredit: Avivah Yamani
Lahan kosong 2 km dari Bandar udara Kuabang. Kredit: Avivah Yamani

Dari Bandara kami menyempatkan diri melihat area semak-semak yang memang berada sangat dekat dengan batas utara gerhana.  Mungkin bagi para pemburu gerhana lokasi tersebut dapat diperhitungkan. Area ini cukup datar dengan sebuah saung di tengahnya. Tapi jika hujan maka anda pun akan terjebak disana. 🙂 Cuaca pagi hari di Kao meski dihiasi awan tebal namun cukup cerah untuk bisa melihat kehadiran Matahari yang terik.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *