Ketika Gerhana Bulan Total, Bulan tidak sepenuhnya menghilang. Kenampakan Bulan justru menarik karena tampak berwarna merah darah atau merah bata.
Hal ini karena Bumi memiliki atmosfer. Ketika cahaya Matahari melewati atmosfer Bumi, cahaya pada panjang gelombang hijau sampai ungu disebarkan dan disaring oleh atmosfer.
Hanya cahaya merah yang bisa lolos melewati atmosfer dan menyinari Bulan meskipun sebagian cahaya merah tersebut ada yang dibiaskan atau dibelokkan. Karena ada cahaya yang bisa mencapai Bulan, maka saat gerhana, Bulan masih bisa diamati.
Kecerlangan Bulan saat gerhana apakah Bulan akan sangat gelap atau justru merah terang, diperngaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah geometri lintasan Bulan saat melewati umbra Bumi, cakupan awan di Bumi, dan besarnya polusi yang terjadi di atmosfer Bumi.
Atmosfer Bumi itu mengandung air maupun debu, serpihan organik, maupun debu vulkanik. Jika ada erupsi gunung berapi yang sangat besar sebelum gerhana Bulan, maka saat gerhana kita bisa melihat efek yang cukup signifikan. Kenampakan Bulan saat berada dalam umbra Bumi akan tampak merah gelap selama beberapa tahun. Jika cakupan awan cukup besar pada horison juga cenderung membuat gerhana bulan jadi lebih gelap.
Untuk bisa mengenali perbedaan kecerlangan gerdana Bulan, Andre-Louis Danjon memperkenalkan 5 nilai skala kecerlangan Bulan saat puncak gerhana, dengan L mengindikasikan variasi luminositas sebagai berikut:
Nilai L | Kenampakan | Deskripsi |
---|---|---|
0 | Sangat Gelap | Bulan hampir tidak tampak saat puncak gerhana |
1 | Gelap | Bulan Kelabu / Kecoklatan. Kawah Bulan sulit diamati |
2 | Karat | Bulan merah kecoklatan. Bagian tengah merah gelap, bagian tepi luar umbra terang. |
3 | Merah Bata | Bulan kemerahan. Tepi umbra kuning terang |
4 | Oranye | Bagian tepi kebiruan |
Tinggalkan Balasan